Widowati, seorang tokoh perempuan yang penuh dedikasi, telah lama dikenal sebagai pejuang dalam isu pengurangan risiko bencana (PRB) berbasis rumah ibadah. Dalam perjalanannya, Widowati mengedepankan pentingnya pelibatan perempuan dalam setiap langkah pengurangan risiko bencana, sebuah perspektif yang sering kali terabaikan dalam diskusi kebijakan publik dan respon kemanusiaan.
Widowati, salah seorang tokoh perempuan yang bergerak dalam isu Pengurangan Risiko Bencana (PRB) menyadari beban ganda yang dihadapi perempuan saat terjadi bencana. “Ketika terjadi bencana, perempuan harus memenuhi kebutuhan anak-anak dan keluarga dengan keterbatasan yang ada,” ungkapnya.
Keterbatasan akses toilet, sarana kebersihan diri, dan ruang privasi adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi perempuan dalam situasi darurat. Oleh karena itu, Widowati berpendapat bahwa perempuan harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan respons bencana.
Ia melihat di beberapa daerah, pelibatan perempuan sebagai focal point telah terbukti lebih efektif. “The power of emak-emak yang vocal bersuara dan tegas itu seringkali lebih efektif dalam mengurus isu-isu seperti sampah dan kebersihan,” kata Widowati. Perempuan juga lebih banyak tersedia di desa-desa, baik sebagai ibu rumah tangga maupun pekerja, yang bersedia meluangkan waktu untuk kegiatan sosial seperti kader kesehatan. Ini menjadi pintu masuk penting bagi kegiatan sosial dan pengurangan risiko bencana di komunitas.
Wido, sapaannya, juga menilai perempuan memiliki kemampuan komunikasi dan negosiasi yang lebih baik dan efektif dalam membangun komunikasi dan lobi dengan pihak-pihak tertentu. “Perempuan memiliki pendekatan yang lebih komprehensif dalam melihat bagian mana yang harus didahulukan,” jelasnya.
Dalam proses pembuatan kebijakan publik, perempuan harus mengambil peran karena banyak peraturan di Indonesia yang dibuat berdasarkan persepsi patriarki dan kurang melibatkan perspektif perempuan. Oleh karena itu, ia percaya bahwa perempuan harus bersuara dan mengambil peran kepemimpinan untuk mengubah hal ini. “Kita harus mengambil peran ketika ada kesempatan untuk memimpin,” tegasnya.
Widowati pun menekankan bahwa perspektif perempuan harus diprioritaskan dalam setiap diskusi PRB dan respon kemanusiaan. “Ketika bicara inklusi, kita harus memasukkan semua kelompok yang ada, termasuk perempuan dan disabilitas” jelasnya. Widowati tidak ingin perempuan menjadi eksklusif, melainkan ingin memastikan bahwa setiap kelompok diakomodasi dengan adil dalam setiap respons bencana.
Dalam konteks lintas agama, Wido mengakui bahwa dominasi laki-laki masih sangat terasa, terutama di agama mayoritas seperti Islam dan Katolik. Tantangan ini membuat pelibatan perempuan dalam isu-isu lintas agama menjadi sangat penting untuk mencapai keseimbangan.
Widowati adalah contoh nyata bagaimana perempuan dapat mengambil peran penting dalam pengurangan risiko bencana dan respon kemanusiaan. Dengan mengedepankan perspektif perempuan, ia percaya bahwa masyarakat dapat menjadi lebih inklusif dan efektif dalam menghadapi tantangan bencana. Melalui rumah ibadah, Widowati mendorong adanya pendekatan yang lebih komprehensif dan inklusif, memastikan bahwa suara perempuan turut didengar dan dihargai dalam setiap langkah yang diambil.
Dukung Widowati di Women’s International Network for Disaster Risk Reduction (WINDRR) Leadership Awards 2024 di bit.ly/SupportWidoWIN
The post Widowati Dorong Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Rumah Ibadah dengan Pelibatan Perempuan appeared first on Plan International.