Water for Women (WfW), merupakan salah satu program yang dilakukan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) di dua Provinsi, Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kabupaten Manggarai dan Kota Kupang, lalu di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) di Kabupaten Sumbawa dengan 94 desa dampingan, 20 sekolah dan 20 fasilitas Kesehatan.
Program ini memiliki tujuan untuk meningkatkan ketahanan iklim, Kesehatan, kesetaraan gender, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui air dan sanitasi yang inklusif, berkelanjutan dan berketahanan iklim.
Di Kota Kupang, terdapat 4 kelurahan sebagai wilayah uji coba yang dilatih memilah sampah, sampah yang sudah dipilah selanjutnya dibawa ke bank sampah untuk dijual dengan sistim menabung, lalu uang hasil menabung sampah tersebut akan diambil pada bulan desember di setiap tahun.
Menariknya WfW, dalam melakukan kegiatan pemilahan sampah, hingga saat ini sudah melibatkan berbagai pihak, mulai dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), pihak gereja melalui pemudi-pemuda, anak sekolah minggu hingga RT/RW di 4 Kelurahan.
Melibatkan Anak dan Kaum Muda Gereja
Berawal dari pertemanan dengan teman-teman pemerhati sampah di Kota Kupang, Juliani Talan selaku Provincial Coordinator untuk program WfW, bercerita bagaimana awalnya pihak gereja terutama anak-anak dan kaum muda tertarik untuk memilah sampah dan menghasilkan uang.
Di salah satu Minggu di mana teman-teman Komisi Pelayanan Anak, Remaja dan Taruna (PART) dari Gereja Injili di Timor (GMIT) Jemaat Gunung Sinai Naikolan, Kota Kupang melakukan kegiatan rutin yang diberi nama Minggu Kreatif dan saat itu bersamaan membahas terkait cinta lingkungan. Pengasuh PART yang hadir saat itu memberikan banyak informasi terkait cinta lingkungan yang mereka programkan.
Perempuan yang biasa disapa Kakak Ani ini, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memperkenalkan WfW. Ia menawarkan untuk melakukan sosialisasi dan sekaligus mengedukasi anak-anak Sekolah Minggu dan juga pengasuh atau guru-guru Sekolah Minggu yang hadir.
Kakak Ani mengundang komunitas kaum muda pemerhati sampah Kota Kupang, Katong dan Bumi Flobamora untuk melakukan edukasi melalui pemutaran film dan juga permainan bersama anak-anak.
Tidak menunggu lama, Pengasuh PART bersama anak-anak langsung bergerak memilah sampah. Atas inisiatif itu, Kakak Ani mengundang Pengurus PART untuk mengikuti sosialisasi lanjutan yang dilakukan di kantor kelurahan.
“Awalnya ada perwakilan dari sekolah minggu untuk ikut sosialisasi, selanjutnya kembali untuk berbagi di sini bagaimana memilah sampah, sehingga anak-anak di sini ikut kumpul sampah lalu setiap malam kami memilah,” kata Apridus Kefas Lapenangga, Guru Sekolah Minggu.
Kegiatan ini sanbgat baik, saya melihat dalam beberapa bulan ini Kota Kupang mengurangi tempat pembuangan sampah (TPS) di beberapa tempat sehingga kami yang di dalam gang ini terpaksa membuang sampah dengan tidak teratur, tetapi dengan adanya pemilahan ini maka yang tadinya banyak sampah berserahkan atau tidak teratur mulai berkurang.
“Saya berharap gerakan ini lebih diperluas lagi di Kota Kupang, sehingga saya berkeyakinan jika kita melakukan pemilahan secara serentak maka akan mengurangi sampah yang bertebaran,” harap Apridus.
Ibu Pendeta Afliana Neno Pay, yang ditemui di Gereja Jemaat Gunung Sinai Naikolan, ikut berpendapat terkait inisiatif pengasuh PART dan anak-anak”Di GMIT, bulan November sebagai bulan lingkungan hidup, Gereja pada dasarnya mendukung bagaimana mengajarkan jemaat yang dimulai dari anak-anak tentang bagaimana gerakan cinta lingkungan dan melihat lingkungan ini sebagai suatu karya Tuhan yang patut dijaga dan dipelihara.”
Saya sudah mendengar dari pengasuh PART terkait kegiatan ini dan saya mendukung, dan akan kita tindaklanjuti ke depan, karena kebetulan dalam minggu ini kami akan sidang untuk penyusunan program jadi saya meminta dari pengasuh PART untuk mengangkat ini sebagai salah satu program rutin, karena selama ini belum terprogramkan. Sehingga kegiatan ini bisa dilakukan setiap tahun secara kontinu, jelas Pendeta yang baru saja ditugaskan mulai bulan 18 Februari 2024 di gereja tersebut.
Jika program ini sudah masuk dalam program Gereja maka Jemaat tidak akan bertanya-tanya kenapa anak-anak kita disuruh pilih sampah misalnya, dan juga bersamaan dengan bulan lingkungan, bulan November itu kita lakukan kegitan dan sekaligus dokumentasi untuk diposting medsos sehingga bisa empengaruhi jemaat lain.
Selama ini baru PART yang melakukannya sehingga ke depan kita akan libatkan pemuda dan juga bisa dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan pembersihan lingkungan sehingga anak-anak bisa juga memilah sampah secara langsung.
“Tidak semua orang menyukai pekerjaan ini, tapi kalau ada basaudara semua yang punya hati untuk terlibat di gerakan cinta lingkungan, beta (baca: saya) salut, tetap semangat, karna semangat itu perlu lalu kemudian sonde usah (baca: tidak usah) mendengar apa kata orang karena kegiatan ini mempunyai dampak yang bagus bagi jemaat dan masyarakat secara luas.
Melibatkan Pemerintah Kelurahan
Ketua Rukun Warga (RW) 7, Yohanes Selu berpendapat bahwa inisiatif dari Plan Indonesia terkait pemilahan sampah hingga pengangkutan di tingakat RW ke bank sampah sangat memotivasi warga. “Saya sangat puas dan memberi apresiasi terhadap Plan karena sudah banyak membantu saya dan warga terutama terkait proses pengangkutan sampah hasil pilah dari RW ke bank sampah,” kata Yohanes.
Melalui kegiatan ini, kita semua sudah turut menjaga lingkungan kita dan mengurangi risiko perubahan iklim yang terus terjadi yang mengakibatkan bencana alam, seperti: banjir, tanah longsor dan penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang terus menyerang, jelas Yohanes.
Tabungan Ketua RW, saat ini sudah mencapai Rp.494.400 hasil pemilahan sampah selama kurang dari empat bulan. Sampah yang dikumpulkan bapak Yohanes terdiri dari sampah plastik dan kertas dengan total 110 kilogram. Proses pemilahan di RW Pak Odjan terus berlangsung dan berencana akan melakukan penimbangan di Minggu ke tiga bulan April.
Dukungan dari DLHK Kota Kupang
Menyikapi kegelisahan masyarakat pemilah sampah di tingkat RT, RW terkait pengangkutan sampah menuju bank sampah, program WfW, Plan Indonesia berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Kupang.
“Awalnya kita melibatkan DLHK dalam pelatihan ketahanan iklim, lalu dari DLHK diundang untuk menjadi narasumber saat lokakarya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang berketahanan iklim di kelurahan,” kata Kakak Ani.
Tidak hanya sampai di situ, DLHK juga terlibat dalam evaluasi terkait tantangan dan peluang apa yang bisa dilakukan bersama. Selanjutnya usai evaluasi, kita melakukan koordinasi untuk mencari solusi pengangkutan sampah dari masyarakat, sehingga sejak bulan Februari kemarin dari DLHK siap bantu kita untuk proses pengangkutan dari RT, RW maupun di gereja, yang kita mulai di awal Maret kemarin, jelas Kakak Ani.
DLHK mengarahkan beberapa unit mobil pengangkut sampah, yang mengelilingi beberap RW untuk mengangkut sampah hasil pilahan ke bank sampah. Sebelum pengangkutan menuju bank sampah, staf DLHK bersama staf Plan Indonesia dan relawan WfW melakukan penimbangan sampah di tempat.
“Salah satu program kerja/kegiatan Plan Indonesia terkait pengelolaan sampah plastik yang sudah di pilah di lingkungan RT, RW di sebagian kelurahan di Kota Kupang sangat bermanfaat dan sangat membantu baik itu dari kebersihan lingkungan, edukasi, menjaga kesehatan dan bahaya dampak lingkungan bagi masyarakat, kata Daniel Natun, selaku Staf pada Dinas Lingkungan Hidup & Kebersihan Kota Kupang, (Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3).
Kegiatan ini juga berdampak dari segi ekonomi, karena Plan Indonesia sudah bekerja sama dengan beberapa bank sampah yg ada di Kota Kupang guna menampung hasil dari sampah-sampah plastik yang sudah dikumpulkan masyarakat/warga. Disamping itu kegiatan ini juga sangat membantu pemerintah Kota Kupang terkait program-program pemerintah dalam penanganan sampah yg ada di lingkup Pemerintah Kota Kupang.
Lewat Program Plan Indonesia diharapkan dapat ditingkatkan lagi di masyarakat luas, sehingga setiap warga punya rasa tanggungjawab memiliki, menjaga, serta merawat lingkungan dalam skala kecil dan luas demi kelangsungan hidup lingkungan yg sehat bagi masyarakat itu sendiri, jelas Daniel.
Di samping itu hasil dari pilah sampah plastik ini juga merangsang pertumbuhan ekonomi dari jenis-jenis sampah plastik yang dapat diolah kembali. Tentunya dengan memperbanyak sosialisasi pada masyarakat luas tentang bahaya sampah2 palstik bagi lingkungan dan juga manfaat sampah plastik yang bisa di daur ulang yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi, pungkas Daniel yang juga merupakan supir dari mobil pengangkut sampah DLHK Kota Kupang.
“Terima kasih untuk teman-teman Plan International Indonesia yang merupakan satu-satunya partner yang selama ini telah membantu kami mengatasi persoalan sampah di Kota Kupang,” kata Kakak Meilsi Anita Mansula, S.T., MUEP. yang merupakan CEO Bank sampah Mutiara Timor.
Teman-teman dari Plan Indonesia sudah sangat menginisiasi Gerakan memilah sampah langsung dari sumbernya dengan mengajak unit-unit terkecil di adminstrasi pemerintahan seperti RT dan RW untuk terlibat langsung dalam pemilahan sampah dan menghubungkan langsung dengan kami ke mereka.
Saya sangat bersyukur sekali bertemu dengan teman-teman dari Plan Indonesia, karena dengan keterbatasan saya, mungkin keterbatasan dana dan keterbatasan waktu untuk melakukan sosialisasi untuk teman-teman di kelurahan dan bahkan di unit terkecil sehingga dengan adanya teman-teman dari Plan Indonesia ini sudah sangat membantu untuk menyebarluaskan informasi mengenai pengolahan dan pemilahan sampah yang bertanggung jawab, jelas Kakak Meilsi.
The post DLHK Kota Kupang dengan Water for Women Angkut Sampah Masyarakat appeared first on Plan International.